[Drabble] Omnia Vicit Amore

Author             : Benedikta Sekar Arum Setyorini (DictaVIP)

Cast(s)                        :

–       Choi Jong Woon (tokoh 2/The Heroine)

–       Lee Seung Young (tokoh 3/The Heroine)

–       Kim Paul (tokoh 1/The Heroine)

Lenght             : Drabble – 481 kata

Genre              : Spiritual

Rating              : G

Already been published in: The Heroine

Disclaimer       : Saya tidak mengambil keuntungan apa pun dalam pembuatan (fan)fiksi ini; dalam bentuk uang atau pun honor materi. Semua tokoh adalah milik dirinya sendiri. Saya hanya memberi mereka nama dan penokohan sesuai imajinasi saya, sama halnya plot dan latar (fan)fiksi ini

“Dosa saya hanya satu, saya membenci hidup saya.”

Choi Jong Woon menatap secarik kertas buram di tangannya dengan gusar. Ini bukan penitensi[1] yang ia harapkan saat memutuskan untuk mengaku dosa setelah sekian tahun terjerembab dalam kemaksiatan. Hanya selembar kertas bertuliskan ‘Omnia Vicit Amore’[2] dan perintah…

 

“Ambil kertas ini dan bacalah, penitensi Saudara adalah berjalan-jalan di sekitar bangunan Gereja ini dan merenungkan hidup Saudara.”

…dari pastor yang menjadi tempatnya menjalani Sakramen Tobat di bilik pengakuan dosa.

Mata tembaga Jong Woon kembali menilik tulisan pada kertas itu kalau-kalau ada yang ia lewatkan, tapi benda itu tak ada bedanya; tetap lecek dan bertuliskan kalimat yang sama.

Hah, apa-apaan ini… Pria yang berbalutkan kemeja hitam dan celana jins itu mulai mengeluh dalam hati. Ia melemparkan pandangan ke sekitar, berharap taman gereja bisa membantunya membuang rasa mangkel pada penitensi aneh ini, tapi sayang,  ia hanya menemukan seorang wanita yang tengah bermain bersama anak-anak kecil dan bunga-bunga bakung berwarna putih pucat; sungguh tak menarik.

Dengan kesal Jong Woon meremukkan kertas itu dan membuangnya ke sembarang arah. Ia pun melangkah lagi.

Sambil berjalan, Jong Woon mulai merenungi hidupnya yang hancur. Tatkala ia terjerumus dalam lembah hitam kota Seoul; serpihan  memori buruk itu tak ayal berkelebat di benaknya. Ia masih tak habis pikir bagaimana bisa ia terjerat hal-hal seperti itu. Memang dia yang salah karena tak bisa menjaga diri, tapi sebuah pikiran egois berpendapat, itu karena Tuhan telah meninggalkannya…

“Hei, Tuan, ini milik Anda?”

Secepat kilat Jong Woon berbalik dan menemukan wanita yang tadi bermain bersama anak-anak kecil telah berada di depannya.

Jong Woon melihat wanita bertubuh lampai itu mengangkat kertas buram yang dibuangnya dan mengangguk. “Benar, aku membuangnya karena tidak berguna. Siapa kau?”

Wanita itu tersenyum dan maju mendekati Jong Woon. “Namaku Lee Seung Young, aku pengasuh Panti Asuhan Santa Monica yang dikelola gereja ini. Anda?”

“Choi Jong Woon, bukan siapa-siapa.”

“Dari mana Anda mendapatkan kertas ini?” tanya wanita bernama Seung Young itu lagi.

“Pastor di bilik penebusan dosa yang memberiku. Aku tak tahu maksudnya, jadi kubuang saja,” jawab Jong Woon ketus.

Seung Young terkekeh geli. “Pastor Paul memang selalu mempunyai cara unik untuk memberikan penitensi bagi orang-orang seperti Anda.”

Dahi Jong Woon berkerut dalam, “Maksudmu?”

“Apa Anda menyalahkan Tuhan atas apa yang terjadi pada hidup Anda?” Seung Young malah balik bertanya.

Jong Woon bungkam; wanita itu pun tersenyum.

“Satu Korintus, bab 13 ayat 13…” Seung Young melipat kertas itu; membentuk sebuah hati yang begitu rapi seraya meraih satu tangan Jong Woon dan meletakannya di telapak tangan pria itu.

“Apa-apaan ini? Kau tahu maksud tulisan itu?” tanya Jong Woon tidak sabaran; ia butuh penjelasan.

Kedua tangan Seung Young mendorong tangan Jong Woon hingga ke depan dada, lantas melebarkan senyum, dan menatap pria itu lekat dengan mata kelabunya.

“Kasih… mengalahkan segalanya.”

Jong Woon terkesiap, kedua mata sipitnya melebar dan balas menatap Seung Young takjub. Seketika itu juga semua terasa jelas, kalimat itu cukup untuk membuat Jong Woon sadar akan satu hal penting. Tuhan tidak meninggalkannya…

…Tuhan mengasihinya.

_____________

[1]Dalam Gereja Katolik, penitensi adalah denda yang diberikan bagi para pengaku dosa sebagai ganjaran atas apa yang telah mereka lakukan dengan harapan hal tersebut mampu membuat si Pengaku Dosa menyesali perbuatannya. Penitensi kebanyakan berupa doa, namun tak jarang pastor memberikan penitensi berupa perbuatan atau hal yang harus dilakukan.

[2](bahasa Latin) 1 Kor 13: 13 “Kasih mengalahkan segalanya”

 

 

 

6 respons untuk ‘[Drabble] Omnia Vicit Amore

  1. Dek, saia mampir ya. Dan saia suka sekali kalimat menjelang akhirnya. Tuhan memang tak pernah meninggalkan kita. Sangat setuju deh. Oya, yang membuat saia terkesan dng fiksi ini adalah tentang pengetahuanmu soal penetisi, dll itu. Terlihat sekali kalau kamu membuatnya bukan dng asal-asalan tapi dng bebagai riset atau hal yang memang kamu telah kamu ketahui sebelumnya. Dan karena ini tugas penokohan, tentu saia juga bakal berkomentar tentang tokohnya. Tokoh seorang Choi Jong Woon bener-bener digambarkan sebagai seorang penjahat yang ingin bertobat tapi pututs asa, namun sebaliknya kamu malah kurang mengungkapkan jati diri seorang Lee Seung Young. Mungkin karena ini tergolong flashfiction, ya jadi… saia bisa memahaminya lah kalau kamu dibatasi oleh kata, namun sebagai efek lain. Penokohan yang kamu buat jadi terkesan jomplang, berat ke sosok Choi Jong Woon saja.

    Dan untuk revisnya:
    1. Ini bukan penitensi yang ia harapkan saat ia memutuskan untuk mengaku dosa setelah sekian tahun bergelimpang maksiat.
    >>> ‘ia’ yang kedua bisa dihilangkan.
    >>> gelimpang berarti bergeletak atau terkapar, mungkin diksi yang kamu pakai di sini agak miss (jangan pundung ya, karena saia amat sangat sering mengalami ini) /disambit. Sebagai alternatif, mungkin kamu bisa menggunakan kata ‘terjerembap’. Jadi: ‘….setelah sekian tahun terjerembap dalam kemaksiatan.’

    2. Calana
    >>> seharusnya ‘celana’.

    3. Ia lemparkan pandangan ke sekitar
    >>> prefiksnya jangan dihilangkan: ‘melemparkan’

    4. tapi sayang, yang ia temukan hanyalah seorang wanita tengah bermain bersama anak-anak kecil dan bunga-bunga bakung berwarna putih pucat; sungguh tak menarik.
    >>> sebenernya agak enggan sih buat merepetisi kata ‘yang’ di kalimat yang sama, tapi jika ‘tengah’ didirikan sendirian rasanya menjadi janggal. Mending: … yang tengah bermain …

    5. Dengan kesal Jong Woon meremukkan kertas itu dan membuangnya ke sembarang arah, lalu melangkah lagi.
    >>> klausa di belakang rasanya maksa banget deh, mending dibuat kalimat baru saja, jadi: Ia melangkah kembali.

    6. Sambil berjalan, Jong Woon mulai merenungi hidupnya yang hancur saat ia terjerumus dalam lembah hitam kota Seoul. Ia masih tak habis pikir bagaimana bisa ia terjerat pada hal-hal seperti itu.
    >>> yang ini tidak salah sih tapi rasanya panjang dan agak sedikit rancu kalau diletakkan menjadi kalimat yang panjang (halah). Mungkin bisa dipenggal menjadi dua? Seperti: Sambil berjalan, Jong Woon mulai merendungi hidupnya yang hancur. Tatkala ia terjerumus dalam lembah hitam kota Seoul; serpihan memori buruk itu tak ayal berkelebat di benaknya. Ia masih tak habis pikir, bagaimana bias ia terjerat bersama hal-hal seperti itu.

    7. Dahi Jong Woon berkerut dalam, “Apa maksudmu?”
    >>> kata ‘apa’ di sini kesannya kasar sekali ya, mending dihapus saja.

    Dek, maaf ya kalau komen ini panjang sekali. Dan kalau seandainya setelah kamu baca ulang revisian saia malah menambah aneh kalimatnya, mending kamu pertahankan saja yang lama karena ya, saia mengoreksinya sembari mengedit bacaan ibu-ibu, jadi kadang kalimatnya jadi kolot sekali /digampar.

    1. Roger, Kakak! ^^ Revisinya diterima, sudah diperbaiki itu. ^^

      Waduh, komentarnya menyaingi Kak Omi. Hahaha. Terima kasih sudah mau repot-repot memeberikan revisi ketulisan saya. Semoga tulisan saya menjadi lebih baik lagi.

  2. Jarang ketemu cerita yang nulis tentang ayat alkitab dan bagian pengakuan dosa.. Semuanya bikin cerita ini unik 🙂 dan kayaknya aku memang harus menanamkan kata ‘Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita’ itu kapanpun.. 😀 makasi buat cerita yang menyegarkan pikiranku tengah malem begini eomma 😀 soalny udah mulai agak stres besok hrs buka lembar baru 😀 *knp jd curcol* okee.. Aku sukaaaa 😀

  3. Daebak, inti cerita tersampaikan, meskipun saya gak ngerti istilah2 yang di gunakan hehe

Tinggalkan Balasan ke Benedikta Sekar Batalkan balasan