Perkara Waktu

Starbucks_by_Moe_zie

“Kamu enggak capek?”

Olla bergeming, tatapannya fokus tertuju pada layar datar di hadapannya. Semalaman Olla tak tidur, lantaran deadline memburu hidupnya nyaris setiap waktu; ia pun mulai mengutuki writer’s block yang tak pernah bisa diatasi dengan baik. Olla bisa menghapus nyaris setengah  tulisannya dan menulis ulang jika writers’s block sudah menyumbat imajinasinya, dan bagi Olla, hal yang lebih berat dari menulis sebuah naskah bukanlah memulainya, tapi mengulangnya.

“Mau sampai kapan kamu gitu terus, kamu sakit entar aku lagi yang ngurusin.”

Ah, dasar gadis bebal, Bima mendesah panjang dan menatap gadis di hadapannya dengan pandangan tidak percaya. Bisa-bisanya gadis itu menghabiskan seluruh malam hanya untuk bersetatap dengan layar datar ketimbang mengirimkan barang sebuah sms untuk pacarnya ini. Sial. Dan sekarang, saat mereka sedang berdua, gadis itu malah membawa laptop-nya dan lebih asyik bercengkrama dengan benda itu ketimbang dirinya.

“Pekerjaan kamu enggak bisa ditunda, ya?”

Tak-tik-tuk-tak-tik-tuk.

Jemari Olla-lah yang menjawab pertanyaan itu. Ia tak bisa diganggu, benar-benar tidak bisa. Meskipun pacarnya sendiri yang tengah duduk di hadapannya sekarang, ia bahkan tak punya waktu untuk sekedar tersenyum. Sial, pokoknya bab ini harus selesai sekarang juga, agar besok ia bisa menenyelesaikan bab berikutnya dan menyerahkan pekerjaannya lusa. Argh, dia tahu jika ia tak seharusnya begini. Tapi mau bagaimana lagi, sudah kepalang tanggung.

“Hei, beneran enggak bisa ditunda ya?”

Bima mencodongkan wajahnya ke arah gadis itu, tapi tetap tak dihiraukan. Perasaannya mulai dongkol, ia maklum dengan dunia pacarnya ini, tapi jika sudah mengganggu kencan dan kebersamaan mereka, rasanya benar-benar menjengkelkan. Bima akhirnya terpaksa mencengkram lengan pacarnya dan memaksa gadis itu menatapnya.

Sorry, aku harus selesaikan ini.” Olla mengangkat wajahnya dan menatap pacarnya lekat-lekat, meminta pengertian.

Bima kemudian mendesah berat sekaligus lega, akhirnya, gadis itu menatapnya. “Jangan berkutat dengan hal lain selain aku kalau lagi kencan, dong.”

Olla lantas tersenyum lebar, sebagai tanda kalau ia baik-baik saja. Bima yang masih kesal pelan-pelan menggeser jemarinya ke arah tombol shut down laptop pacarnya. Senyum Olla tiba-tiba memudar melihat apa yang tengah pacarnya coba lakukan. Bima menyeringai, dan secepat kilat ia memencet tombol itu untuk mematikan laptop pacarnya. Olla menutup mulutnya, berusaha menahan isakan yang keluar bersama air mata.

“Damian, kamu barusan… telepon editor aku? Jadi… deadline-nya?” Olla terkesiap; tak bisa berkata-kata. Damian, pacarnya, baru saja menelepon editornya agar memperpanjang deadline naskahnya, hingga hari ini ia masih bisa menikmati kencan mereka. Tangis Olla tak bisa dibendung lagi, ia selalu tahu betapa beruntungnya memiliki pacar seperti Damian. “Makasih, Sayang, lain kali aku bakalan lebih memerhatikan kondisiku.”

“Bima jeleeeek!! Aku lagi asyik nonton dorama!! Kyaaaa!! Balikin laptop akuuu!! Huweeee!! Narimiya Hiroki-kun!!” Bima menjulurkan lidahnya, memadang Cici—pacarnya—dengan kilatan kemenangan. Tanpa ba-bi-bu lagi Bima simpan benda persegi itu di dalam tas ranselnya untuk diamankan. Kemudian ia memajukan tubuhnya ke depan, dan membungkam omelan pacarnya itu dengan sebuah ciuman di bibir. Kini, waktu hanya milik mereka berdua.

Kadang kala kita terlalu sibuk dengan diri kita sendiri, berkutat dengan hal yang tak sepatutnya dikutati dan lupa jika kita masih memiliki hal-hal lain yang lebih patut untuk diperhatikan. Ingat, ini semua hanya perkara waktu. Kita punya 24 jam dalam sehari, jika kita punya 12 jam untuk bekerja dengan keras, sisihkan sisanya untuk orang-orang yang menyayangi kita dengan memberikan kembali kasih sayang yang sama besarnya.

Fin.

A/N:

Duplikasi dari Semesta Rasa-Teguh Puja. Sebagian besar ditulis di sebuah cafe yang berada di tengah keramaian. Duduk sendirian di sana membuatku tiba-tiba berharap ada seseorang yang melakukan hal yang sama terhadapku. Huks. < —- singel abadi

 (Photo taken from: http://moe-zie.deviantart.com/art/Starbucks-142607028)

13 respons untuk ‘Perkara Waktu

  1. Ih, Dicta! Kecil-kecil udah pengen ciuman, lalu nangis-nangis di keramaian. Hahaha. 😛

    Ah, gaya berceritamu selalu keren, Dic. 😉

    1. Ih, Kakak! Kan di Semesta rasa ada adegan gituannyaaaa, ada ciumannya ada yang agak mewek2nya. Ya saya duplikasi dengan perasaan saya sendiri.#eaaaaa hahahaha.

      Terima kasih sudah mau membaca cerita saya ya kak, silakan datang kembali! 😀

  2. Baca ini penuh hikmah buat aku, Kak. Serius. Aku jadi sadar masih ada beberapa tugas yang belum terselesaikan–meski kasusnya beda–malah pakai waktu buat hal lain. Eh, intinya sama gak sih Kak? Hehe. Pokoknya baca ini aku ingat kalau itu cuma perkara waktu 😀 seperti biasa, tulisan Kakak keren!

    1. Sama aja kok, aku juga banyak mikir waktu nulis ini. Apa penempatan waktu aku dalam 24 jam ini udah bener, kebanyakan hidup aku dalam sehari kupakai buat bercengkrama dengan laptop, jarang banget mau buka buku pelajaran atau bahkan bantu2 orangtua. Yah, bantu bercermin juga sih, kita sama aja.

      Hehehe, terima kasih sudah baca ya! Kita sama-sama belajar dari tulisan ini! Silakan datang kembali!

  3. SUKA! Wah kak, ini kayak deket banget dikehidupan aku gitu. Ekhem *eh* ya gitulah, maksudnya kadang aku lupa waktu kalau udah ‘terjebak’ dalam dunia tulis menulis(?) kk~
    aduh keren, keep writing! terus berkarya XD
    semakin produktif..! semangaat!

    1. Sebenarnya ini kehidupan aku juga sih, aku suka nulis pun suka dorama…–” jadi aku ini macem gabungan dari Olla dan Cici. Cuman masalah, aku enggak punya Damian mau pun Bima di samping aku #sigh

      Terima kasih sudah mau membaca ya! Balik lagi ke sini! Hehehe.

      1. hahaha iya kak, sipp XD aduh iya juga .__.) aku pun mengalami hal yang sama. Tak ada Damian dan Bima. *hening*
        ngomong-ngomong ini tuh dua cerita ya kak? dua latar maksudnya gitu? .__.)?

Tinggalkan Balasan ke Benedikta Sekar Batalkan balasan