Jangan Mengharapkan Apa Pun

Ketika cinta datang dan belahan jiwa kita berada di depan mata, yang perlu kamu tahu hanyalah satu hal, jangan mengharapkan apa pun.

“Halo.”

“Hai.”

Berjabat tanganlah, tunjukkan padanya kalau kamu baik-baik saja.

“Apa kabar?”

“Good. Lu sendiri?”

“Gak pernah sebaik hari ini.”

Tersenyumlah, meski perih itu masih terasa, meski luka itu belum kering. Tersenyumlah. Karena cinta ada di depanmu dan kamu melihat belahan jiwamu. Jangan biarkan udara hening mengambil alih, berbicaralah agar ia tak bisa merasakan kegugupanmu.

“Jadi… ada apa? Tumben-tumbennya lu ngajak gue ketemuan.”

Kamu bertanya-tanya di dalam hati kenapa panggilan gue-lu kini terasa janggal setelah menahun menggunakan aku-kamu ketika kalian bersama. Tapi kamu tidak bisa mengubah kondisi, ia memang cintamu pun juga belahan jiwamu, tapi kini bukan milikmu lagi.

“Gue cuman mau kasih lu ini.”

Sebuah amplop undangan di letakan di atas meja. Kamu tahu apa itu tanpa perlu menyentuhnya. Diam-diam hatimu tersentuh, teringat kembali perpisahan kalian yang berlangsung baik-baik meski hatimu begitu dalam terluka. Barang tentu ia tak akan pernah melupakanmu yang pernah menjadi bagian terbaik dari hidupnya di hari bahagianya kelak.

“Selamat ya! Terima kasih sudah ngundang-undang.”

Ya, tersenyumlah. Tapi kali ini coba lepaskan seratus ton rasa cinta yang selama ini membebani hatimu dan hempaskan itu ke tanah. Karena ketika kamu melihat cinta dan belahan jiwamu berada di depanmu, satu hal yang kamu harus tahu pasti, jangan pernah mengharapkan apa pun.

Karena mungkin saja ia bukanlah jodohmu.

____
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari http://t.co/pVsAoDeknx di Facebook dan Twitter @nulisbuku

5 respons untuk ‘Jangan Mengharapkan Apa Pun

Tinggalkan Balasan ke chikopicinoo Batalkan balasan