[Surat Cinta #17] Dari Hening untuk Senandung Tengah Malam

Surat ini tidak akan panjang, karena isinya adalah keluhan.

Kamu tahu hening tak pernah bersahabat dengan bising. Jadi tolong jangan berbuat bising dikala waktu aku sedang berkuasa. Lelaplah, katakan pada bibir yang menyenandungkanmu untuk berhenti mengumbar keberadaanmu kala lelap harusnya damai.

Suruh ia tidur. Untuk apa berbuat bising dengan melemparmu ke udara di tengah malam. Memangnya di dunia ini hanya miliknya seorang? Sangat tidak senonoh.

Ditambah lagi, belakangan ia mulai memetik dawai untuk melengkapi kebisingan yang kamu buat. Astaga, lengkap sudah pekerjaanku digusur.

Karena malam tak lagi hening dan penuh denganmu yang berisikan kata-kata mendayu yang terlontar dari bibir pria yang sedang jatuh cinta itu. Aku jadi kasmaran dan mulai jengah. Aku merasa terancam dan kalut, tiap malam aku terus terjaga dan waspada. Kalau-kalau kamu kembali muncul dan mencerai-beraikanku.

Oh! Sungguh menjengkelkan!

Semoga kamu membaca surat penuh keluhan yang kuselipkan di udara ini. Semoga kamu tahu, karena semakin sering kamu berkumandang dalam diriku. Aku pun semakin melupakan kalau hening seharusnya ada.

Kuperingatkan. Jangan sampai kamu menelanku bulat-bulat dan menggelamkanku dalam indahnya perasaan yang bernama cinta.

Salam,
Hening yang tak senang diganggu

2 respons untuk ‘[Surat Cinta #17] Dari Hening untuk Senandung Tengah Malam

Tinggalkan Balasan ke Benedikta Sekar Batalkan balasan