[Surat Cinta #10] Dari Bangku Taman untuk Senja

Kuucapkan terima kasih pada mereka yang meletakkanku di sini, tempat yang sangat strategis di depan kolam kecil yang dijadikan rumah oleh beberapa angsa dan langsung mengarah ke barat—tempat persemayamanmu yang mulia. Entah sejak kapan aku mulai memujamu, Senja, mungkin sejak pertama kali aku ada di sini dan melihatmu perlahan-lahan muncul dan menghilang dengan begitu elegan. Menyisahkan kehangatan di hatiku tiap kali prosesi itu berlangsung.

Oh, jawablah Senja, kenpa kau datang begitu lambat dan pergi begitu cepat?

Aku selalu berbisik, andai saja langit berwarna jingga sepanjang hari. Maka, dari pagi sampai malam, aku bisa bersamamu dan mengagumimu tanpa lelah. Aku tahu, ini harapan yang mustahil, karena kau hanyalah sekat kecil antara siang dan malam. Tapi ketahuilah, Senja, kalau harapan ini tidak hanya aku yang memilikinya, tapi juga lelaki bergitar itu.

Ia selalu datang bersama seorang gadis ke tempat ini dan duduk di atasku saat kamu baru seberkas cahaya. Sembari menantimu, ia mulai memetik jaring-jaring senarnya dan menyanyikan lagu cinta murahan tapi entah kenapa sangat cocok ditujukan bagimu, Senja. Sementara itu, gadis yang duduk di sampingnya hanya diam, sembari menulis sesuatu di buku merah mudanya. Tatapannya menerawang jauh, tidak begitu peduli dengan lelaki di sampingnya yang sedari tadi mencoba mengorek kata dari bibir delimanya.

Keadaan itu akan berlangsung sepanjang kamu menggantung di langit-langit karena saat kau menghilang, mereka pun akan saling mengucapkan selamat tinggal—gadis itu akan pergi dan lelaki itu diam di tempat. Sama persis seperti kita, karena kau pergi dan aku akan tetap di sini menunggumu. Berharap kamu mau sedikit lebih lama menahan kepergian agar kita punya lebih banyak waktu bersama.

Senja, bisakah aku meminta waktu lebih lama itu?

Katakan pada malam agar ia bisa beristirahat sejenak, tak usah datang terlalu cepat. Katakan pada malam, kalau kamu pun masih ingin bersamaku di sini dan tak ingin meninggalkanku. Katakan pada malam kalau ia tak akan bisa menghalangi kita bersama. Ya, Senja, tolong katakan pada malam sama seperti yang aku minta padamu, agar aku percaya kalau kamu mendengar hatiku yang mencinta ini, karena keberadaanmu yang begitu singkat kadang kala membuatku ragu.

Apa kau menyadari perasaan ini?

Dan hari ini, melalui surat ini. Kuberanikan diri untuk sedikit lebih bersikap kurang ajar padamu, menuntutmu untuk mencintaiku dan peduli padaku barang sekejap saja. Karena lelaki yang baru saja mendengar ucapan selamat tinggal dari gadis pujaannya pun melakukan hal yang sama.

“Setelah ini kamu pergi ke mana? Balik ke kos?”

“Enggak, aku mau belajar lagi di Kedai Kopi dekat stasiun. Kenapa?”

“Err… boleh aku ikut? Aku… ingin punya waktu sedikit lebih lama denganmu.”

Dan kumohon Senja, jawablah permintaanku ini dengan anggukan karena cinta ini bisa begitu menyakitkan jika kau malah membiarkan malam mengambil alih langit, untuk mengabaikanku.

Salam,
Bangku taman yang memujamu

3 respons untuk ‘[Surat Cinta #10] Dari Bangku Taman untuk Senja

Tinggalkan komentar